Kamis, 29 Agustus 2019

HOROR: (Gadis Penghuni Kamar 157)


Pada suatu hari di sebuah Hotel yang berada di kota X. Meja resepsionis yang kita gambarkan dalam cerita ini adalah seorang resepsionis 1, mendapat telpon dari seorang lelaki.


Resepsionis 1:"Hallo, ada yang bisa di bantu?", tanya resepsionis 1
Penelpon :"Ya, saya akan menginap dihotel anda, apakah ada kamar yang kosong?"
Resepsionis 1: "Maaf, saat ini kamar sedang full pak".
Penelpon :"Wahh...bagaimana bisa ya, padahal saya hanya akan menginap di hotel anda". (mungkin ni bapak-bapak udah langganan nginap di hotel ini kali guys)
Resepsionis 1:"Kami sangat menyesal pak, tapi memang benar-benar kamar dihotel ini sedang full".
Penelpon:"Oke, kabari saya jika ada kemungkinan kamar kosong untuk saya".

Beberapa menit kemudian, resepsionis 1 menelpon kembali bapak yang sebelumnya ingin memesan kamar.
Resepsionis 1:"Hallo pak, kami baru saja mendapatkan seorang tamu dikamar 156 yang sudah chek out beberapa saat yang lalu".
Penelpon:"Oh,,itu bagus sekali, oke saya pesan kamar 156".

Pada akhirnya penelpon tersebut telah berada di dalam kamar hotel, ia akan tinggal untuk beberapa hari di kamar hotel tersebut, dikarenakan urusan bisnis di kota X tersebut mengharuskan ia untuk tinggal beberapa hari disana. Malam pertama ia menginap, ia hampir tidak bisa memejamkan mata karena penghuni kamar yang disebelahnya yaitu kamar 157 sangat berisik sekali. Hingga ia memutuskan untuk menelpon resepsionis 1.

Resepsionis:"Ya, ada yang bisa kami bantu?"
Bapak 156:"Saya penghuni kamar 156".
Resepsionis 1:"Ya pak"
Bapak 156:"Tolong kalian hentikan kebisingan penghuni kamar 157, saya sangat terganggu"
Resepsionis 1:"Maaf pak, kamar itu sedang kosong".
Bapak 156:"Tidak mungkin sedang kosong, mereka ribut sekali".
Resepsionis:"Maaf pak, tapi memang kamar itu sengaja dikosongkan sudah lama".
Bapak 156:"Kenapa?".
Resepsionis 1:"Itu memang sudah kebijakan dari pengelola hotel pak".

Begitulah percakapan bapak penghuni kamar 156 dengan resepsionis malam itu, hingga kebisingan yang ditimbulkan oleh penghuni kamar 157 berhenti dengan sendirinya. Malam berikutnya hal serupa terjadi kembali, dan ini sedikit membuat bapak penghuni kamar 156 sedikit jengkel, dan dia mencoba menghubungi resepsionis seperti malam sebelumnya. Dan sekali lagi ia mendapatkan jawaban yang sama atas semua problemnya. Hingga ia membiarkan semua kebisingan itu dan pada akhirnya berhenti sendiri.

Pada malam ketiga, tidak ada lagi terdengar suara yang gaduh  dari kamar 157, dan ini sedikit membuat bapak penghuni kamar 156 merasa lega karena penderitaannya seperti malam-malam sebelumnya telah berakhir. Tetapi ia merasa ada yang aneh dengan hotel ini. Seperti ada yang disembunyikan oleh pengelola hotel, terlebih kamar 157 yang sengaja dikosongkan oleh pengelolanya. Merasa penasaran, bapak penghuni kamar 156 mencoba mengintip kekamar 157 dari sebuah lobang kecil dikamarnya yang menghubungkan ke kamar 157.

Ia melihat seorang perempuan yang membelakanginya sedang menyisir rambutnya, bapak penghuni kamar 156 itu memprediksikan bahwa wanita tersebut berumur sekitar 20 tahunan, ia memiliki kulit yang putih, dan tubuh yang ramping, terlihat dari gaun yang dipakainya.

Bapak 156:"Hallo, saya penghuni kamar 156".
Resepsionis 1:"Ya pak".
Bapak 156:"Apa kamar 157 sudah dihuni?".
Resepsionis 1:"Tidak"
Bapak 156:"Tapi saya melihat seorang perempuan didalamnya, saya melihatnya dari sebuah lubang kecil dikamar saya".
Resepsionis 1:"Maaf pak, kami tidak pernah menerima tamu dikamar tersebut".
Bapak 156:"Ahh...mungkin saya salah lihat".

Bapak penghuni kamar 156 semakin merasa ada kejanggalan dengan kamar 157, kenapa resepsionis selalu mengatakan bahwa kamar itu kosong. Padahal ia dengan jelas melihat ada wanita disana. Pada malam berikutnya ia kembali melihat wanita itu duduk disana dengan menyisir rambutnya, dan hal ini semakin membuat bapak penghuni kamar 156 semakin penasaran akan sosok wanita penghuni kamar 157 tersebut.

Hingga malam berikutnya lagi ia masih dengan rutinitasnya mengintip dari lubang yang berada dikamarnya, akan tetapi ia tidak melihat apa-apa kecuali hanya warna merah yang menutupi dinding dari kamar 157.
Bapak 156:"Hallo, saya penghuni kamar 156".
Resepsionis 1:"Ya pak".
Bapak 156:"Apakah kalian mengecat tembok kamar 157?"
Resepsionis 1:"Tidak, karena kamar itu memang sudah terkunci sejak tiga tahun yang lalu"
Bapak 156:"Tapi saya melihat kalau tembok itu ditutupi dengan sesuatu yang merah, saya pikir kamar itu sedang diperbaiki"

Lagi-lagi bapak penghuni kamar 156 tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan rasa kepenasarannya. Dimalam berikutnya ia kembali mengintip dari lobang tersebut, seperti pada malam sebelumnya, kali ini ia juga melihat hanya warna merah yang menghalangi pandangannya. Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat. Keesokannya, saat ia hendak check out  dari hotel ia menemui resepsionis.

Bapak 156:"Kemana resepsionis yang kemaren?".
Resepsionis 2:"Ooo, dia sedang sakit pak, jadi saya yang menggantikannya".
Kemudian bapak 156 mulai bercerita mengenai keanehan-keanehan yang ia temui pada penghuni kamar 157, dan tentang wanita yang duduk sambil menyisir rambutnya.
Resepsionis 2:"Hahaha dia adalah putri pengelola hotel ini pak".

Bapak 156:"Maksud anda?".
Resepsionis 2:"Ya, dia putri pengelola hotel ini, tapi sudah meninggal tiga tahun yang lalu akibat bunuh diri dikamar 157, dan memang sudah banyak penghuni kamar 156 sebelumnya yang melihat ia, ia memiliki wajah yang sangat menyeramkan dengan "MATA YANG MERAH".





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEBUAH EPISODE KEHIDUPAN

Malam hampir larut, jalanan sudah sepi semenjak setengah jam yang lalu. Pintu-pintu ruko yang berjejer di sepanjang jalan sudah mulai dit...